Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Tragedi yang menelan korban jiwa tersebut mungkin adalah satu-satunya kejadian cukup mengejutkan, terbesar, dan terparah dalam sejarah persepakbolaan tanah air. Bagaimana tidak, korban jiwa yang berhasil di identifikasi hingga saat ini adalah 131 jiwa. Lalu apa sebenarnya faktor yang menyebabkan sampai jatuhnya korban jiwa?

Dalam hal ini saya akan mencoba memberikan laporan menurut hasil pencarian dan analisa pribadi.

Gas Air Mata

Faktor pertama yang menyebabkan adanya korban jiwa adalah adanya gas air mata. Jika di lihat dari video amatir yang beredar, gas air mata yang dikeluarkan oleh aparat sepertinya cukup banyak dan hampir memenuhi seluruh isi stadion.

Walaupun hanya sekedar gas, namun ternyata gas air mata juga cukup berbahaya. Gas ini adalah campuran bahan kimia yang dapat mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan. Jika terkena mata, maka seseorang akan kehilangan daya melihatnya untuk sementara waktu. Apalagi jika ada seseorang dengan gangguan pernapasan maka akan sangat berbahaya efek samping dari gas air mata ini.

Berebut Keluar

Faktor kedua yang menyebabkan adanya korban jiwa adalah banyak orang yang berusaha berebut keluar. Ketika gas air mata yang ditembakkan cukup banyak dan hampir memenuhi seluruh stadion, secara reflek orang akan segera bergerak dan mencari ruang terbuka untuk mengurangi atau menghindari dari efek gas air mata.

Namun sayang, disitulah timbul banyak korban jiwa. Ketika banyak yang berdesakan ingin keluar, ternyata pintu stadion terkunci rapat sehingga banyak orang yang terinjak-injak dan berdesakan ingin keluar.

Lebih parahnya lagi, penonton yang ada tidak hanya orang dewasa saja, namun juga anak kecil. Sehingga diantara korban jiwa yang dilaporkan, ada juga anak kecil baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan.

Supporter Fanatik

Benang merah yang bisa kita garis bawahi mengapa tragedi dan semua ini terjadi adalah adanya fanatisme yang terlalu berlebihan terhadap suatu klub sepak bola. Karena aparat sudah tahu bakal ada keributan dan kerusuhan, oleh karena itu Kapolda sudah menyiapkan pasukan untuk berjaga-jaga namun dengan cara yang persuasif.

Seiring waktu, ternyata cara persuasif tersebut tidak berguna. Supporter fanatik makin menggila dan merusuh karena dipicu oleh segelintir oknum supporter yang turun ke lapangan. Akhirnya kebanyakan dari mereka yang mempunyai jiwa yang membara akhirnya kepincut untuk masuk ke lapangan.

Siapa yang Bertanggung Jawab

Pertanyaan ketika ada suatu tragedi adalah satu. Siapakah yang akan bertanggung jawab? Yang pasti tidak mungkin presiden dong. Aparat juga mempunyai bukti bahwa sudah dilakukan cara persuasif namun para supporter tetap tidak dapat di kendalikan. Para supporter juga dalam hal ini menjadi korban, dan tidak hanya orang dewasa, namun juga anak kecil menjadi korban jiwa.

Pertanyaannya adalah siapa yang mau bertanggung jawab?